Beranda | Artikel
Hubungan Antara Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah
Rabu, 24 Oktober 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Haidar As-Sundawy

Hubungan Antara Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah merupakan rekaman ceramah agama dan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh: Ustadz Abu Haidar As-Sundawy dalam pembahasan Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I’tiqad karya Syaikh Shalih Fauzan hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada 25 Muharram 1440 H / 05 Oktober 2018 M.

Status Program Kajian Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I`tiqad

Status program kajian Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I`tiqad: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Jum`at, pukul 16:30 - 18:00 WIB.

Download mp3 kajian sebelumnya: Pengertian Syirik dalam Ibadah

Kajian Tentang Hubungan Antara Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah – Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I’tiqad

Kita sudah membahas dua jenis tauhid. Yaitu Tauhid rububiyah dan uluhiyahAdakah keterkaitan antara dua tauhid ini? Tentu saja ada dan tidak bisa dipisahkan. Dari tauhid rububiyah, harus wajib melahirkan tauhid Al-Ilahiyyah walaupun tidak semua manusia yang memiliki tauhid rububiyah lalu memiliki juga tauhid uluhiyah. Tapi seharusnya begitu. Sikap yang logis, setiap kali seseorang memiliki tauhid rububiyah, seharusnya dia memiliki tauhid uluhiyah. Karena siapa yang meyakini Allah satu-satunya pencipta, pengatur seluruh kehidupan, raja yang menguasai seluruh alam, yang menghidupkan dan mematikan, yang memberikan maslahat dan mudzarat, semua itu tauhid rububiyah. Siapa yang meyakini Allah satu-satunya pengatur seluruh alam ini, seharusnya dia hanya menyembah Allah semata dan tidak menyekutukan Dia dengan yang lain. Inilah sikap yang sangat logis.

Berdasarkan hal itu, setiap tauhid uluhiyah didalamnya sudah terkandung tauhid rububiyah. Siapa orang yang beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun, pasti orang itu berkeyakinan Allah lah satu-satunya pencipta, satu-satunya pemberi rizki, satu-satunya yang mengatur seluruh alam dan seluruh kehidupan ini. Keyakinan rububiyah melahirkan tauhid uluhiyah.

Perhatikanlah apa yang diucapkan oleh Ibrahim kepada raja Namrud yang sangat berkuasa ketika itu mengaku dirinya sebagai tuhan yang harus disembah. Raja Namrud itu mengaku sebagai tuhan dan juga menyembah berhala-berhala yang mereka sembah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

قَالَ أَفَرَأَيْتُم مَّا كُنتُمْ تَعْبُدُونَ ﴿٧٥﴾ أَنتُمْ وَآبَاؤُكُمُ الْأَقْدَمُونَ ﴿٧٦﴾ فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِّي إِلَّا رَبَّ الْعَالَمِينَ ﴿٧٧﴾ الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ ﴿٧٨﴾ وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ ﴿٧٩﴾ وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ ﴿٨٠﴾ وَالَّذِي يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ ﴿٨١﴾ وَالَّذِي أَطْمَعُ أَن يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ ﴿٨٢﴾

Ibrahim berkata: “Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah, kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu?, karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Allah Rabb Semesta Alam, (yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat“.” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 82)

Semua perkataan Nabi Ibrahim dalam ayat di atas adalah keyakinan yang termasuk dalam tauhid rububiyah. Itulah yang menjadi alasan Nabi Ibrahim untuk hanya menyembah Allah Azza wa Jalla. Jadi, tauhid uluhiyah lahir dari adanya tauhid rububiyah. Kita sudah terangkan bahwa tauhid rububiyah adalah meyakini Allah satu-satunya pencipta, satu-satunya raja, satu-satunya pemberi rizki, satu-satunya pengatur kehidupan. Dari keyakinan inilah lahir keyakinan jika Allah satu-satunya pencipta, satu-satunya raja, satu-satunya pemberi rizki, satu-satunya pengatur kehidupan, maka Allah pula lah satu-satunya yang harus diibadahi. Menyembah hanya kepada Allah adalah tauhid uluhiyah. Inilah keterkaitan yang amat sangat jelas.

Terkadang antara uluhiyah dan rububiyah ini disebut dalam satu kalimat atau satu konteks pembahasan. Seperti yang kita baca dalam surat An-Naas ayat 1-3.

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ﴿١﴾ مَلِكِ النَّاسِ ﴿٢﴾ إِلَـٰهِ النَّاسِ ﴿٣﴾

Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia.” (QS. An-Naas[114]: 1-3)

Ayat ke-1 dan ke-2 dari surat An-Naas menggambarkan tauhid rububiyah. Sedangkan ayat yang ke-3 menggambarkan tauhid uluhiyah. Jika seperti demikian, tauhid uluhiyah dan tauhid rububiyah dalam satu pembahasan atau kalimat, maka maknanya berbeda. Uluhiyah adalah sesembahan hayan kepada Allah, rububiyah artinya keyakinan Allah sebagai Rabb.

Terkadang tidak berjumpa dalam satu pembahasan. Hanya disebut Rabb saja, atau hanya disebut Ilah saja. Kalau hanya disebut salah satu saja, maka makna Rabb dengan makna Ilah ini menjadi sinonim (sama maknanya). Dalam ajaran Islam, banyak terdapat dua kata yang apabila bertemu maknanya berbeda, kalau berpisah maknanya sama.

Simak Kajian Lengkapnya, Download dan Sebarkan mp3 Ceramah Agama Islam Tentang Hubungan Antara Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah – Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I’tiqad


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/44958-hubungan-antara-tauhid-rububiyah-dan-uluhiyah/